Tertawa biasanya identik dengan sesuatu yang lucu, konyol, atau menggembirakan. Tapi pernahkah kamu atau temanmu tertawa justru saat sedang takut, gugup, atau bahkan panik? Aneh tapi nyata, fenomena ini bukan hal langka. Secara ilmiah, ternyata ada beberapa penjelasan menarik yang bisa menjawab kenapa kita bisa tertawa justru ketika sedang cemas atau merasa terancam.
1. Tertawa sebagai Sinyal Sosial: “Aku Nggak Mau Ribut!”
Menurut teori sosial yang cukup populer, tawa sebenarnya adalah bentuk komunikasi non-verbal. Saat seseorang tertawa dalam situasi penuh tekanan, itu bisa jadi cara bawah sadar untuk menyampaikan pesan “aku nggak berbahaya” kepada orang lain.
Penelitian dari primatolog Signe Preuschoft menunjukkan bahwa hal ini juga terjadi pada kera. Saat merasa terancam oleh kera yang lebih dominan, mereka akan tertawa atau tersenyum sambil menunjukkan gestur tubuh yang menghindar. Dalam konteks manusia, tertawa saat takut bisa dilihat sebagai cara untuk menunjukkan ketundukan atau upaya menghindari konflik.
2. Mekanisme Penyangkalan: “Tenang, Ini Bukan Hal Besar…”
Ada juga teori yang menyebut bahwa tertawa dalam situasi menakutkan merupakan bentuk penyangkalan. Ketika seseorang menghadapi sesuatu yang mengerikan, otaknya bisa mencoba ‘menipu’ dirinya sendiri dan orang di sekitarnya dengan tertawa, seolah-olah ingin berkata, “nggak apa-apa kok, aku baik-baik saja.”
Dokter Alex Lickerman dalam tulisannya di Psychology Today menyebut ini sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan yang tergolong “dewasa”. Ia berfungsi seperti katup tekanan, membantu kita mengelola rasa takut tanpa harus panik. Bahkan, jika kita bisa menertawakan sesuatu yang menakutkan, itu bisa jadi tanda bahwa kita merasa cukup kuat untuk menghadapinya.
3. Menjaga Keseimbangan Emosi: “Tertawa Biar Nggak Meledak!”
Pernah nangis saat bahagia? Atau senyum pas lagi sedih banget? Nah, fenomena ini termasuk dalam ekspresi emosi yang bertolak belakang sebagai cara alami tubuh untuk menjaga keseimbangan.
Menurut beberapa ahli psikologi, tertawa saat takut punya fungsi serupa. Tubuh berusaha melawan potensi ledakan emosi negatif dengan memunculkan reaksi yang berlawanan, seperti tertawa. Ini semacam sistem otomatis tubuh agar emosi kita nggak jebol dan tetap bisa dikendalikan.
Jurnalis sains Wray Herbert pernah menulis bahwa ekspresi yang tampaknya tidak sesuai ini justru bisa membantu meredam emosi ekstrem, baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan.
4. Humor dan Horor: Dua Sisi dari Koin yang Sama
Menariknya lagi, beberapa teori menyebut bahwa humor dan horor punya akar psikologis yang mirip. Keduanya sama-sama muncul dari ketidaksesuaian atau pelanggaran terhadap ekspektasi. Misalnya, ketika dalam film horor seorang karakter bertindak aneh atau melakukan sesuatu yang nggak masuk akal, kita bisa tertawa. Padahal, suasananya mencekam.
Situasi yang absurd, mengejutkan, atau tidak sesuai harapan bisa memicu dua hal sekaligus: ketegangan dan pelepasan. Dan tawa adalah bentuk pelepasan yang paling instan dan refleksif.
Kesimpulannya: Tawa Bukan Selalu Soal Lucu
Tertawa saat takut bukan berarti kamu aneh atau tidak normal. Justru sebaliknya, itu bisa jadi tanda bahwa otakmu sedang bekerja keras menstabilkan emosi dan menghindari kepanikan. Entah sebagai sinyal sosial, bentuk penyangkalan, atau cara menyeimbangkan emosi, semua itu menunjukkan betapa kompleks dan ajaibnya reaksi manusia terhadap stres.
Jadi, kalau suatu saat kamu tertawa di tengah situasi menyeramkan, mungkin itulah cara tubuhmu berkata, “aku akan baik-baik saja.”