Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur, termasuk jaringan komunikasi. Di tengah situasi ini, layanan internet satelit Starlink mendapat perhatian luas setelah pemilik SpaceX, Elon Musk, mengumumkan bahwa seluruh biaya penggunaan Starlink di kawasan terdampak bencana dibebaskan hingga akhir Desember 2025.
Keputusan tersebut disampaikan Musk melalui platform X pada Sabtu dini hari, 29 November 2025. Ia menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan prosedur standar perusahaan setiap kali terjadi bencana besar. Menurutnya, perusahaan teknologi tidak seharusnya mengambil keuntungan saat masyarakat sedang berjuang menyelamatkan diri.
Musk menyatakan bahwa mengenakan biaya langganan bulanan kepada warga yang rumahnya hancur atau sedang mencari keluarga yang hilang adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan secara moral. Ia menambahkan bahwa Starlink harus hadir sebagai alat bantu komunikasi darurat ketika infrastruktur lain lumpuh. Dalam pernyataannya, Musk menegaskan bahwa di kondisi bencana, layanan internet bukan produk komersial, melainkan kebutuhan dasar yang menyelamatkan nyawa.
Cara Mengakses Layanan Gratis
SpaceX tidak menetapkan proses rumit untuk memastikan layanan ini dapat segera dipakai. Bagi pelanggan lama Starlink yang berada di zona bencana, sistem otomatis perusahaan akan mendeteksi lokasi perangkat. Setelah teridentifikasi, biaya langganan langsung dihapuskan tanpa perlu pengajuan tambahan. Jika ada layanan yang sebelumnya terhenti karena keterlambatan pembayaran, akses akan dipulihkan secara penuh selama masa tanggap darurat.
Bagi relawan atau warga yang baru memasang perangkat Starlink di wilayah terdampak, prosesnya juga dibuat sederhana. Pengguna hanya perlu membuka aplikasi Starlink dan membuat tiket bantuan. Pada kolom permohonan, pengguna cukup mencantumkan frasa “Dukungan Banjir Indonesia”. Setelah itu, layanan langsung diaktifkan tanpa biaya. Pendekatan ini dibuat agar warga dan tim penyelamat dapat segera terhubung, tanpa harus menunggu prosedur administratif.
Dampak Banjir pada Infrastruktur Telekomunikasi
Layanan Starlink menjadi sorotan karena kondisi lapangan yang masih sulit dipulihkan. Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) melaporkan bahwa ratusan Base Transceiver Station mengalami gangguan. Banyak di antaranya tidak berfungsi akibat putusnya kabel serat optik yang terseret longsor serta padamnya suplai listrik. Perbaikan membutuhkan waktu yang panjang karena akses menuju lokasi terhalang lumpur dan jalur yang tertutup.
Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kemenkomdigi, Wayan Toni Suprianto, menjelaskan bahwa upaya pemulihan terus dilakukan. Namun, kerusakan yang terjadi bersifat struktural dan tidak dapat dipulihkan dalam waktu singkat. Di banyak titik, teknisi bahkan belum mencapai lokasi karena medan masih berbahaya. Di tengah kondisi tersebut, layanan satelit seperti Starlink berfungsi sebagai solusi sementara yang dapat langsung dipakai tanpa tergantung jalur darat.
Kebutuhan internet di saat bencana tidak hanya sekadar medium komunikasi pribadi. Di lapangan, akses jaringan digunakan untuk mengoordinasikan evakuasi, pengiriman bantuan logistik, dan pelaporan kondisi terkini. Starlink menjadi penopang komunikasi darurat ketika perangkat lain bergantung pada infrastruktur yang rusak.
Kolaborasi Pemerintah dan Teknologi
Pemerintah membentuk satuan tugas bersama operator telekomunikasi untuk mempercepat pemulihan jaringan darat. Sementara itu, Starlink menutup celah yang tidak dapat dijangkau perbaikan cepat. Pendekatan ini menciptakan perpaduan kerja lapangan dan teknologi satelit agar komunikasi tetap tersedia selama masa krisis.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan bahwa hingga akhir November 2025 terdapat 174 korban meninggal dan 79 orang masih dinyatakan hilang. Banyak wilayah terisolasi, khususnya di Tapanuli dan sekitarnya. Di daerah tersebut, akses internet gratis dari Starlink diharapkan bisa mempercepat koordinasi pencarian dan penyaluran bantuan.
Penutup
Kebijakan Starlink di Sumatra menunjukkan bagaimana teknologi dapat berperan sebagai bagian dari upaya kemanusiaan. Keputusan menggratiskan layanan di masa darurat menjadi contoh bagaimana sektor swasta bisa mengambil langkah yang cepat dan relevan. Bagi warga terdampak, sinyal yang dipancarkan perangkat Starlink bukan hanya layanan internet, tetapi juga penghubung dengan keluarga, petugas penyelamat, dan informasi penting. Dalam kondisi penuh ketidakpastian, akses komunikasi menjadi titik terang yang membantu proses penanganan bencana berjalan lebih efektif.
